Gw kenal Linux pertama kali sekitar tahun 2001. waktu itu dari edisi perdana majalah InfoLinux. Coba install mandriva Mandrake Linux dikomputer rumah. lupa versi berapa entah 6.2 atau 7.2 ya waktu itu. Jaman itu masih semangat-semangatnya dengan yang namanya open source. Semakin lama gw melihat teknologi apapun itu both open source maupun proprietary “hanya” sebagai bagian dari solusi dan bukan hal yang mendasar yang harus diperjuangkan mati-matian. Kadang ketika monitoring milis jadi inget masa lalu kalau lihat banyak yang baru kenal Linux dan Open Source yang sangat semangat sekali, termasuk menjelek-jelekkan Windows dkk 🙂
Enaknya Linux dan Open Source banyak pilihan dan juga dokumentasi yang ada meskipun disisi lain memang harus memasangkan tool satu dengan lainnya dan alat satu dengan lainnya. Beberapa aplikasi bisa dipelajari dan diimplementasikan dengan mudah sementara beberapa aplikasi lain, LDAP misalnya, membutuhkan usaha yang lebih mendalam supaya bisa paham dan bisa melakukan implementasi. Namun, bukan berarti di dunia windows yang kata orang cukup klik dan klik lebih mudah, mungkin karena terbiasa dengan command line dan edit konfigurasi, windows yang harus klik dan klik terasa lebih ribet atau kembali lagi ini soal mindset yang sudah tertanam mengenai apa yang susah dan apa yang gampang 🙂
Satu-satunya alasan open source lebih baik di dunia bisnis mungkin hanya kemungkinan vendor lock yang lebih kecil. kalau di dunia proprietary memilih teknologi dan aplikasi seolah-oleh sudah pilihan seumur hidup, vendor akan berusaha untuk mengunci kita supaya tidak pindah ke vendor lain, tapi bukan berarti dengan open source kita bisa pindah seenaknya dari satu vendor ke vendor lain, biaya development, testing (Q/A) dan deployement termasuk training tidak sedikit meskipun mungkin dalam jangka panjang aplikasi baru yang digunakan itu lebih murah.
Murah dan mahal ketika sudah dalam sudut pandang bisnis bukan hanya soal harga, orang bilang Total Cost of Ownership (TCO) alias total biaya kepemilikan. Bukan hanya harga lisensi softwarenya tetapi biaya total untuk mengakuisisi / menggunakan software tersebut sampai organisasi kita bisa lancar menggunakannya dan biaya maintenance tentunya.
Jadi pada akhirnya bukan soal cuma soal buka atau tutup tapi soal memilih teknologi yang paling pas untuk organisasi kita dengan biaya sesuai budget dengan mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang. Bagaimana menurut anda?